Minggu, 29 Mei 2016

CERPEN: Ara Ingin Cantik

Sudah dua tahun Darwo bekerja sebagai pemungut sampah. Umur Darwo sekarang 20 tahun. Sangat sulit baginya mencari pekerjaan, dengan ikhlas dan tulus ia menggantikan pekerjaan ayahnya. Darwo tidak sekolah sejak lulus SMP. Ia tidak punya dana untuk melanjutkan ke SMA.
Suatu hari, ia memungut sampah di daerah paling ujung dari kampungnya.Ia berhenti di rumah besar. Di depan gerbang rumah itu banyak tumpukan sampah yang sudah siap untuk dibuang.
Sampah orang kaya pasti banyak barang berharga.” Kata Darwo dalam hati. Sebelum memasukkan sampah-sampah itu kedalam gerobaknya, ia mencari-cari barang yang berharga di sampah itu. Siapa tahu ada barang yang berharga lalu bisa dijual. Pikirnya. “Foto siapa ini?” kata Darwo ketika menemukan selembar foto gadis cantik. “Artis mungkin. Atau jangan-jangan penghuni rumah besar ini? Masih bagus begini dibuang. Dasar orang kaya. Mereka bisa berfoto seribu kali kalau mau. Aku pungut saja ah.” Darwo memasukkan foto itu dikantongnya.
Jam lima sore Darwo menyelesaikan pekerjaannya. Setelah makan malam seadanya, Darwo tiduran dikamar sambil melihat foto yang ia pungut. Ia tertarik pada gadis itu. “Siapa dia? Sudah dua tahun aku mengambil sampah di rumah itu tapi belum pernah melihat siapa penghuni rumahnya. Rumah itu selalu sepi.”
Berhari-hari telah berlalu. Darwo sering lewat didepan rumah besar agar bisa melihat gadis itu, tapi percuma. Darwo selalu dihadapkan dengan pemandangan rumah yang sepi. Suatu hari, ia ingin foto itu dilukis oleh seorang pelukis. Ia mengambil uang tabungannya, kemudian bergegas mencari seorang pelukis. Ia ke rumah temannya yang bernama Surya.
Sur, kamu punya teman yang bisa melukis?” tanya Darwo yang sudah berada di rumah Surya.
Punya, memangnya kenapa?” tanya Surya.
Aku mau pesan lukisan. Di mana alamatnya?”
Jauh.”
Duh! Aku tidak punya kendaraan.”
Temanku kusuruh datang ke sini saja. Nanti aku SMS.”
Terima kasih. Ya sudah, aku pulang dulu.”
Sudah dua hari Darwo menunggu kabar dari Surya. Keinginan Darwo semakin menggebu, ia pun hendak ke rumah Surya lagi. Tapi sebelum beranjak pergi, terdengar suara motor. Ternyata pengendaranya adalah Surya. Darwo langsung keluar. “Sur, aku tadi mau ke rumahmu, tapi kamu lebih dulu datang ke sini. Pelukis itu bisa ke sini?”
Bisa! Katanya nanti sore dia mau ke rumahmu.”
Setelah berbincang-bincang sebentar, Surya pulang.
Darwo menunggu dengan sabar di depan rumah. Ia berharap pelukis itu akan segera datang.
Menunggu siapa Dar?” kata ibu Darwo.
Yang aku ceritakan itu lho, Bu. Kemarin aku ke rumah Surya minta tolong untuk dicarikan seorang pelukis. Sebentar lagi pelukis itu mau datang ke sini.”
Ah, kamu itu aneh!”
Aneh gimana, Bu?”
Kalau kamu tertarik sama cewek yang difoto itu, datangin saja langsung ke rumahnya. Pakai menyuruh dilukiskan orang segala!”
Rumahnya sepi terus. Aku malu kalau harus mengetuk pintunya. Saat ini, aku cuma mau gadis itu dilukis. Lalu aku pajang dikamar.” Kata Darwo sambil senyum-senyum.
Kalau lukisannya mahal?”
Mudah-mudahan tidak. Kemarin aku sudah mengambil uang tabungan.”
Terserah kamu Dar!” ibu Darwo melengos pergi.
Beberapa menit kemudian pelukis yang ditunggu-tunggu Darwo datang. Ia dipersilakan masuk oleh Darwo. Mereka duduk diruang tamu. Pelukis itu eksentrik. Umurnya sekitar 50 tahun. Rambutnya sudah memutih, berjenggot dan memakai kacamata. Namanya Van Kurniawan, keturunan Indonesia Belanda.
Kamu mau pesan lukisan apa?” tanya Van Kurniawan.
Ini Pak,” Darwo memberikan foto.
Maksudmu aku disuruh melukis gadis di foto ini? Ini pacar kamu ya?”
Bukan pacar kok. Kira-kira berapa ya Pak, harga satu lukisan?”
Ya tergantung. Kalau cuma melukis dikertas ukuran poster harganya seratus ribu. Kalau dikanvas bisa lebih mahal.”
Dikertas saja Pak.”
Kira-kira satu minggu lukisannya sudah selesai. Besok aku bawa ke sini. Atau kamu yang ke rumahku saja. Ini alamatku.” Van Kurniawan memberikan kartu nama pada Darwo. Setelah itu ia pulang.
Sudah seminggu lebih Darwo menunggu kedatangan Van Kurniawan. “Sudah hampir dua minggu Pak Kurniawan kok belum ke sini ya?” gumam Darwo dalam hati. Ia duduk di teras rumahnya. “Lebih baik aku ke rumahnya saja.”
Dengan menaiki angkutan umum, Darwo menuju rumah Van Kurniawan.
Sesampainya di rumah itu, Darwo mengetuk pintu. Dibukalah oleh seorang wanita.
Mau mencari siapa ya?”
Saya mau mencari Pak Kurniawan.”
Pak Kurniawan sudah meninggal—”
Mendengar kata-kata itu Darwo kaget setengah mati. “Meninggal? Kenapa Pak Kurniawan meninggal? Sejak kapan beliau meninggal?”
Beliau meninggal empat hari yang lalu. Belum diketahui penyebabnya, masih dalam penyelidikan polisi. Ada bekas cekikan tangan dileher dan coretan cat poster diwajah. Aku sangat sedih.”
Aku turut prihatinbolehkah aku mengambil foto milikku yang dibawa Pak Kurniawan?”
O, ya! Tunggu di sini.” Istri Van Kurniawan masuk ke rumah. Tak berapa lama kemudian ia keluar. “Ini Nak,” istri Van Kurniawan memberikan foto gadis itu. Darwo menerimanya.
Dansudah selesaikah lukisan pesananku?”
Belum Nak. Suamiku meninggal setelah membuat sketsa gambar gadis difoto itu. Polisi kesulitan menemukan apa penyebab kematian suamiku. Ada pula yang menduga beliau bunuh diri.”
Aneh,” pikir Darwo, “lebih baik aku pulang saja. Aku suruh orang lain untuk melukis gadis difoto ini.”
Dua hari setelahnya, Darwo menemukan seniman lukis yang baru. Namun pelukis itu juga meninggal ketika foto yang ia lukis hampir selesai. Ia meninggal dengan mengenaskan. Kedua matanya tertusuk pensil. Namun Darwo menganggap kejadian itu hanyalah kebetulan saja. Ia tetap mencari seorang pelukis lain untuk melukis gadis difoto itu.
Darwo menemukan pelukis baru. Dia bernama Andik. Andik menerima pesanan Darwo. Tapi baru tiga hari kerja, Andik datang menemui Darwo.
Lukisannya sudah selesai?” tanya Darwo pada Andik. Mereka duduk di ruang tamu.
Belumsebenarnya aku datang ke sini hanya ingin mengembalikan foto ini. Aku tidak mau melukis gadis difoto ini.”
Lho kenapa?”
Perasaanku tidak enak. Dua hari yang lalu aku sering bermimpi buruk. Sebenarnya siapa gadis difoto ini?”
Diadia” Darwo bingung untuk menjawab pertanyaan itu. Jika mengaku tidak mengenali gadis itu, Andik pasti tidak mau melukisnya.
Darwo terpaksa berbohong. “Dia pacarku. Sudahlah, lukis saja gadis itu.”
Andik mengangguk tanda setuju.
Satu hari setelahnya, Darwo lagi-lagi dikejutkan oleh kabar yang memilukan. Andik meninggal akibat kecelakaan. Tiga pelukis telah meninggal ketika melukis gadis difoto itu. Darwo mulai penasaran, pasti ada keanehan yang ada hubungannya dengan foto yang ia temukan.
Ia pun meberanikan diri untuk bertamu ke rumah besar di mana ia pernah menemukan foto itu. Setelah menekan bel, seorang laki-laki berkumis membukakan pintu.
Cari siapa?”
Maaf, Bapak tahu siapa gadis ini?” Darwo menunjukkan foto itu.
Dia putriku yang sudah meninggal satu bulan yang lalu.”
Mendengar itu, Jantung Darwo seakan mau copot. Hatinya berdebar-debar. Karena selama ini ia mengagumi gadis yang ternyata sudah meninggal.
Kok aku jarang melihatnya?”
Ya jelas jarang. Dia tinggal di luar kota. Di mana kamu menemukan foto itu?
Di sampah depan rumah Bapak.”
Terus ada perlu apa kamu menunjukkan foto itu kepadaku?”
Foto ini aneh.”
Aneh gimana?”
Setiap orang yang berusaha melukis foto ini pasti mati.”
Kurang ajar! Bicaramu sembarangan. Cepat pergi! Jangan ungkit-ungkit putriku yang sudah meninggal!” laki-laki itu marah, kemudian menutup pintunya keras-keras.
Darwo pulang membawa foto itu kembali.
Dalam perjalanan, ia berpikir: “Masa sih, foto kayak gini bisa menyebabkan kematian? Mungkin cuma kebetulan saja para pelukis itu mati. Sebaiknya aku mencoba melukis gadis ini sebisaku. Dan aku tidak mau mengaguminya lagi, karena ternyata dia sudah meninggal. Tapi kasihan jugagadis ini kan masih muda dan cantik.” Darwo berjalan sambil memandangi foto itu.
Sesampainya di rumah, Darwo disuruh menunggu rumah oleh kedua orang tuanya. Karena mereka akan pulang kampung selama tiga hari.
Dar, kamu menunggu rumah ya, jangan lupa sama pekerjaanmu.” Kata Ayah Darwo.
Iya Pak.”
Malam harinya rumah Darwo menjadi sepi senyap. Rumah Darwo jauh dari rumah-rumah lain. Kini Darwo tinggal sendiri.
Aku mau mencoba melukis gadis ini.” Kata Darwo yang duduk di kursi kamarnya. Ia mengambil selembar kertas dan pensil. Darwo mulai menggambar dimejanya. Ia tidak bisa melukis, cuma asal corat-coret. Baru saja menggambar matanya, tiba-tiba terdengar suara dentuman keras dari arah atap rumahnya. Membuat Darwo kaget. “Suara apa ya?” Kata Darwo lirih, sambil melihat atap rumahnya.
Selanjutnya ia menggambar mata yang sebelah kiri. Keanehan pun terjadi lagi. Jendela kaca kamar Darwo tiba-tiba diketuk. Ia buka gordennya, tapi yang terlihat hanya kegelapan malam, tidak ada satu orang pun berada di situ. Bulu kuduk Darwo semakin dingin, seperti ada yang meniupnya. “Setiap kali aku mulai menggambar pasti ada sesuatu yang bikin aku merinding.” Gumamnya.
Kemudian Darwo mulai menggambar lagi. Baru saja menggambar hidung gadis itu, terdengar seorang gadis memanggil-manggil nama Darwo dengan lirih. “DarwoDarwo” Darwo ketakutan. Ia berdiri menjahui mejanya. Berjaga-jaga bila ada sesuatu yang mengancam.
Tiba-tiba pensil Darwo bergerak sendiri. Pensil itu menuliskan nama dikertas yang dipakai Darwo untuk menggambar. Setelah menuliskan nama ARA, pensil itu jatuh.
Ara? Ara itu siapa?” Jantung Darwo berdegup kencang.
Hi hi hi hi” Terdengarlah suara tawa. “Aku gadis yang ada difoto itu. Namaku Ara.”
Mendadak pintu kamar Darwo menutup dengan sendirinya. Darwo berusaha membuka pintu itu namun sia-sia. Pintu itu terkunci. “Tolong! Jangan ganggu aku!” teriaknya.
Darwo dikejutkan oleh sesosok menakutkan. Seorang gadis berambut panjang dengan wajah penuh luka. Sosok itu berdiri disudut dinding kamar Darwo.
Gadis itu berkata: “Lihatlah wajahku ini, aku meninggal akibat kecelakaan. Wajah cantikku rusak. Aku ingin cantik! Jangan melukisku, jika lukisanmu tidak sama persis dengan yang ada difoto.” Arwah gentayangan itu menjulurkan kedua tangannya.
Jangan!” pekik Darwo.
Leher Darwo dicekik hingga tewas.
Arwah itu melayang menembus dinding. Menyisakan asap putih yang kemudian lenyap dikegelapan malam. Siapa yang berani melukis gadis cantik yang ternyata sudah meninggal? Jangan bilang berani, jika arwah gadis itu ingin cantik seperti Ara ….


_Selesai_ 2011


Tidak ada komentar:

Posting Komentar