Minggu, 29 Mei 2016

CERPEN: Jangan Bunuh Naga Itu

Sang surya menyinari rerumputan hijau di halaman rumah. Terdapat pula air mancur yang keluar dari mulut patung naga. Pohon-pohon dan bunga-bunga tumbuh begitu indah seperti negeri dongeng. Di tempat itulah dua orang anak saling bercanda tawa sambil berlari ke sana kemari.
Aduh, capek Putri!” mereka duduk di bawah pohon rindang.
Aku belum capek Kyung, ayo sekarang kita main petak umpet!” anak kecil yang dipanggil putri ini berdiri, matanya menyipit terkena sinar matahari.
Lho? Hwa kok panggil aku Kyung sih? Panggil aku pangeran dong, aku sudah panggil kau putri.”
Panggil aku Putri Naga saja.” Han Hye Hwa Tersenyum lebar.
Kenapa putri naga? Naga itu menakutkan.”
Siapa bilang naga menakutkan. Kata ayah dan ibuku, naga adalah dewa penolong. Kalau aku jadi naga, aku bisa terbang di langit dan Kyung tidak bisa mengejarku lagi. Kalau Kyung Dalam kesulitan aku juga bisa menolong.”
Tiba-tiba Han Je Kyung berdiri dan berteriak mengagetkan. Hwa Ketakutan; ia lari.
Mau kemana kau Hwa? Akan aku kejar ke mana pun kau lari!” Teriak Kyung penuh canda. “Kalau kau jadi naga, kau jangan penakut Hwa!” Kyung Tertawa mengejek.
✳ ✳ ✳


Han Je Kyung yang sudah berumur 26 tahun tersenyum mengingat masa-masa kecilnya bersama Han Hye Hwa yang sekarang menjadi istrinya. Pernikahan mereka berjalan dengan baik selama tiga tahun. Namun akhir-akhir ini Kyung merasa ada yang aneh dengan istrinya, ia tahu jika istrinya telah menyembunyikan sesuatu darinya.
Aku mencintaimu Hwa,” Kata Kyung dalam hati. Ia melihat istrinya sedang tidur pulas di ranjang. Kemudian ia membuka jendela kamarnya, bintang bertabur dengan sangat indah, istana yang disinggahi Kyung dan Hwa sangat besar, mempunyai lima lantai. Kamar mereka berada di lantai lima.
Tiba-tiba Kyung mendengar suara istrinya menguap, ia menoleh ke arahnya istrinya yang duduk di ranjang.
Kau belum tidur Kyung? Apa yang sedang kau pikirkan?”
Aku memikirkanmu Hwa.”
Memikirkanku?”
Han Je Kyung duduk di dekat istrinya, lalu menjawab, “Ya, memikirkanmu. Aku tahu kau telah menyembunyikan sesuatu dariku. Tak sepantasnya kau lakukan ini pada suamimu sendiri. Katakanlahlah Sayang.” Hwa tidak berkata satu patah kata pun. Maka Kyung melanjutkan, “Tubuhmu sekarang kurus, kau sering demam dan menggigil, pasti kau sakit parah Hwa. Tapi kau tak mau berobat kepada tabib.”
Aku tidak apa-apa Kyung, percayalah.” Hwa menggenggam erat jari-jari suaminya. “Ayo, sekarang kita tidur.” Lanjutnya.
✳ ✳ ✳
Katakan padaku Kim Soo Wook, apakah kau tahu penyakit yang diderita istriku?” tanya Kyung kepada sang penasehat tua kerajaan. Mereka duduk di balairung.
Hamba tahu jika istri Pangeran Kyung menderita penyakit, tapi hamba tidak tahu penyakit apa yang diderita istri Pangeran. Sebaiknya Pangeran memanggil seorang tabib.”
Istriku merasa kuat dengan penyakitnya, dia hanya tidak ingin aku khawatir. Tapi caranya salah, aku mencintainya dan tidak ingin dia sakit. Tolong suruh pengawal untuk memanggilkan tabib, Soo Wook.”
Baiklah Pangeran.”
Tabib yang telah diundang diantarkan Kim Soo Wook masuk ke dalam kamar Han Hye Hwa yang sedang terbaring lemah di ranjang. Setelah memeriksa kondisi Hwa, sang tabib melaporkan kepada Kyung yang sedari tadi menunggu di luar kamar.
Penyakit istri Pangeran Kyung sangat parah.” Kata tabib.
Kau jangan bicara sembarangan!” hardik Kyung yang sedikit tertahan, karena ia takut istrinya mendengar. “Apa penyakit yang diderita istriku?”
Penyakit itu disebabkan oleh bakteri yang dibawa oleh tikus dan kucing. Bakteri ini sangat mematikan ketika menular kepada sesama manusia. Gejalanya berupa demam, menggigil, lemah, dan pembengkakan kelenjar getah bening yang amat menyakitkan.”
Oh, tidak” Kyung sedih mendengar penjelasan dari sang tabib.
Apakah istri Pangeran memelihara kucing?” tanya tabib.
Dia tidak hanya memelihara kucing, tetapi kucing adalah hewan kesayangannya.”
Lebih baik jangan biarkan istri Pangeran menyentuh kucing lagi.”
Lalu apakah istriku bisa sembuh?”
Aku tidak bisa menjawab, kerena penyakit itu telah lama dideritanya. Sepertinya Pangeran terlambat untuk memanggil tabib seperti saya ini. Jika penderita mendapat perawatan sejak dulu mungkin tak akan seperti ini.”
Semenjak tabib itu pergi dari istana, Kyung tidak bisa tenang. Ia berjalan mondar-mandir di balairung. “Maafkan aku Hwa, aku terlalu sibuk dengan urusan pemerintahan, hingga tak memperhatikanmu. Aku mencintaimu, tapi aku sekarang merasa berdosa.” Tiba-tiba dipikirannya timbul sepercik ide. Dan ide itu akan dijalankanya pada waktu malam.
✳ ✳ ✳
Malam telah tiba, Han Hye Hwa terbangun dari tidur, ia teringat tiga kucing lucunya yang lupa ia beri makan.
Mana suamiku?” Hwa tak melihat Kyung di kamarnya. Ia keluar kamar untuk mencari kucing dan suaminya. Kemudian Hwa menghentikan langkah ketika melihat suaminya berlatih pedang di luar istana.
Suamiku!” teriak Hwa.
Oh, kenapa kau bangun malam-malam?” Kyung menghentikan latihannya.
Aku mencari kucing-kucingku. Apakah kau tahu di mana mereka?”
Aku tidak tahu, dari tadi aku tidak melihatnya. Mungkin sedang mencari tikus, karena kau lupa memberi makan untuknya.”
Raut wajah Hwa berubah ketika melihat pedang yang dibawa suaminya. “Apakah kau tadi habis berkelahi?”
Tidak, memangnya kenapa? Kau lihat sendiri aku sedang berlatih pedang.”
Lihatlah pedangmu, kenapa ada bercak darah?”
Sebelum menjawab, Kyung terlihat gugup. “Inibekas darah rusa Sayang. Tadi pagi aku berburu bersama para pengawal.”
Setelah mendengar penjelasan Kyung, Hwa mencari kucingnya di area taman. Tapi tak pernah menemukan kucing-kucing itu. Ia menangisi kucingnya yang telah hilang.
Di sisi lain, Han Je Kyung sangat tersiksa batinnya, melihat kesedihan dan tangisan istrinya. Sebenarnya Kyunglah yang telah membunuh ketiga kucing milik Hwa, karena ia tidak ingin melihat istrinya bersahabat dengan binatang yang telah membuat istrinya menderita penyakit.
Namun usaha yang dilakukan Kyung sia-sia. Beberapa minggu setelah itu ia hanya bisa menangisi kepergian istrinya. Han Hye Hwa telah meninggal.
✳ ✳ ✳
Han Je Kyung pernah berjanji kepada Han Hye Hwa akan selalu setia walaupun maut memisahkan mereka. Oleh karena itu, Kyung yang kini sudah berumur 40 tahun masih sendiri tanpa mencari istri pengganti. Ia menjadi raja dan berkuasa sepenuhnya setelah menggantikan ayahnya yang sudah meninggal.
Negeri yang dipimpin Kyung sedang mengalami kekacauan hebat. Makhluk misterius telah membuat takut dikalangan rakyat maupun kerajaan. Makhluk itu adalah seeokor naga bersayap yang bisa menyemburkan api dari mulutnya. Rakyat dan para penghuni kerajaan mendesak Kyung untuk menangkap naga yang dianggap berbahaya itu.. Mereka mengusulkan naga mengerikan itu harus di bunuh.
Paduka Raja, kami semua sepakat untuk menaklukkan monster itu.” Kata Kim Hoon, panglima perang kerajaan. “Jika tidak segera dilakukan, maka rakyat akan memberontak pada kekuasaanmu yang dianggap lemah karena tidak mampu menangkap seekor naga.”
Baiklah, siapkan pasukan perang dan kita kepung tempat persembunyiannya.” Kata Kyung.
Kyung bersama Kim Hoon dan pasukannya segera berangkat menuju bukit yang diduga sebagai tempat persembunyian seekor naga. Katanya, seseorang pernah melihat naga itu bersembunyi di gua yang berada disekitar bukit.
Kim Hoon menyuruh tiga puluh pengawal untuk memanjat bukit, diantaranya menunggu di bawah. Ada pula yang membuat tenda-tenda di hutan.
Siapkan busur dan anak panah kalian.” Kata Kyung. “Ketika naga itu keluar dari gua seranglah dengan panah api.”
Tiba-tiba pasukan yang memanjat bukit berteriak lantang ketika melihat seekor naga keluar dari gua. Sebagian pengawal jatuh dari atas bukit terkena sambaran seekor naga. Naga mendengus sambil terbang ke atas, kemudian turun di puncak bukit. Para pasukan yang berada di bawah segera meluncurkan panah. Sang Naga hanya diam dan mengerang tak berdaya.
Han Je Kyung yang melihat naga itu tiba-tiba merasa iba. Dari mata naga yang menyala merah menitikkan air mata.
Hentikan! Jangan serang naga itu!” Kyung berteriak lantang, akan tetapi suaranya hanya seperti rintih hujan yang disambar kerasnya suara guntur. Keributan yang ada di situ membuat para pengawal tidak mendengar teriakannya. Lagi pula mereka telah dikuasi nafsu membunuh. Tanpa henti mereka menyerang dengan cara apa pun.
Kemudian Kyung teringat masa-masa kecilnya bersama Hwa. Ia mengingat sebuah kalimat yang pernah diucapkan istrinya itu : “Siapa bilang naga menakutkan. Kata ayah dan ibuku, naga adalah dewa penolong. Kalau aku jadi naga, aku bisa terbang di langit dan Kyung tidak bisa mengejarku lagi. Kalau Kyung Dalam kesulitan aku juga bisa menolong.”
Mengingat kalimat itu, Kyung menitikkan air mata. Kemudian ia mengenang kata-katanya sendiri yang pernah diucapkannya kepada Hwa: “Kalau kau jadi naga, kau jangan penakut Hwa!”
Tidak! Tidak akan kubiarkan mereka membunuh naga itu!” Kemudian Kyung berteriak lebih keras dari sebelumnya, “Jangan bunuh naga itu! Jangan!”
Kali ini para pengawal mendengar teriakan Kyung. Mereka menghentikan serangannya.
Kenapa Raja? Kita harus membunuh naga itu.” Desak Kim Hoon.
Benar! Kita harus membunuh naga itu!” para pengawal dan rakyat bersorak-sorai mendukung perkataan panglima besar itu. Maka mereka melanjutkan serangannya.
Kyung geram, merasa tidak dianggap sebagai raja. Dengan amarah yang meluap Kyung berteriak kepada sang naga. “Kalau kau jadi naga, kau jangan penakut Han Hye Hwa!”
Mendengar teriakan Han Je Kyung, naga itu tiba-tiba mengamuk. Menyerang siapa saja yang mengganggunya. Akibatnya, banyak pengawal yang tewas. Naga itu mengelurakan semburan api yang sangat mengerikan, banyak yang lari karena ketakutan; tapi tidak berhasil menyelamatkan diri.
Namun pasukan yang digerakkan oleh Kim Hoon begitu gigih. Meskipun naga itu perkasa, luka ditubuhnya semakin membuatnya lemah. Terbangnya semakin melambat.
Kim Hoon yang sudah brutal, menyuruh pasukan menyerang dibagian sayapnya, agar naga itu tergoyah keseimbangannya. Sayap sang naga akhirnya terluka parah. Setelah mengerang kesakitan, tubuhnya jatuh di hutan dan menimpa Kim Hoon bersama pasukan-pasukannya. Sungguh malang, mereka tewas bagaikan keruntuhan batu gunung.
Kyung berlari mendekat. Ia dapat merasakan betapa sakitnya binatang itu. Dilihatnya kulitnya tercabik-cabik. Kyung mengusap air mata yang menetes dari pipi sang naga.
Maafkan akuaku tidak bisa melindungi dan menjagamu, sebagai mana aku tidak bisa menjaga Han Hye Hwa hingga ia pergi meninggalkanku.” Kata Kyung sedih. “Kau makhluk Tuhan seperti kami para manusia, kau juga merasakan sakit lalu mengalami kematian. Han Hye Hwa, kau sudah tiada, tapi kau masih hidup dikedalaman hatiku ini. Aku mencintaimu” Ucapan Kyung diakhiri oleh hembuskan nafas sang naga yang berat dan hangat. Itu adalah nafas terakhirnya untuk hidup di dunia. Matanya terpejam untuk selama-lamanya.
Daun-daun kering di hutan berguguran, angin berhembus menerpa Han Je Kyung yang berdiri dengan kokoh di samping naga itu. Ia kembali mengingat kebersamaannya dengan Han Hye Hwa dari awal yang bahagia lalu diakhiri dengan kesedihan karena kematian. Ia berpikir, apakah ia bisa kembali mengulang masa-masa kecilnya bersama Han Hye Hwa? Dan terus bersamanya hingga kematian tak terlalu cepat merenggut kekasihnya


_Selesai_ (2011)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar